My Story

Pengalaman Mengirim Abstract


Pengalaman Mengirim Abstract
Tahun 2016 saya melanjutkan studi di salah satu kampus negeri di Makassar. Kala itu saya bertemu dengan seorang Bapak yang mungkin beda 5-6 tahun dengan saya. Beliau adalah salah saatu dosen di salah satu kampus swasta di KotaMadya Pare-pare. Beliau adalah sekelas saya di program pascasarjana.  Pertama bertemu beliau sangat suka memotivasi kami-kami yang masih muda ini untuk berkarya. Salah satunya dengan menulis artikel dan BERANI untuk mengirimkannya di jurnal maupun ke konferensi nasional maupun internasional. Beliau sangat update dengan informasi yang seperti itu, saya bisa menebak bahwa beliau dosen yang disenangi mahasiswa. Beliau sangat menginspirasi saya, entah dengan teman kelas yang lain. Beliau sangat sopan pun dengan kami yang notabene lebih muda dari beliau.  Kala itu belaumenawarkan saya untuk ikut di International Conference yang diadakan di Yogyakarta Juli 2017. Awalnya masih ragu, karena belum punya pengalaman untuk seperti itu. menjadi peserta sering  cuma untuk menjadi seorang pemakalah belum pernah sama sekali.  Berulang kali dia memberikan deskripsi tentang bagaimana ini dan itu prosesnya begini dan begitu. Dan akhirnya saya penasaran, seperti apa jadi pemakalah dalam sebuah konferensi. Dan akhirnya saya pun mencoba untuk menulis abstrak. Deadlinepengumpulan abstrak itu 15 februari 2017 dan kala itu bulan 11 2016.
Awalnya, saya mendownload beberapa artikel yang sudah di publish di beberapa jurnal international. Butuh waktu 3 minggu untuk membaca tuntas artikel. Saya fokus ke model penulisannya, content nya apa-apa saja yang ada dalam abstrak. Poin penting apa yang harus di masukkan kedalamnya karena abstrak yang teridiri dari 200-250 kata. Jadi abstrak harus mewakili keseluruhan artikel kita nantinya. Artikel yang saya baca kebanyakan adalah research based. Jadi pemikiran saya kala itu yang masih awam tentang hal seperti ini bahwa kita harus meneliti dulu kemudian buat abstraknya.  Waktunya sudah mepet, ini bagaimana ya? Cukup gak ya untuk meneliti? Meneliti tentang apa ya? Dimana saya harus meneliti?. Kebingungan pun melanda, saya juga malu bertanya sama Pak Syawal ( beliau yang mengajak ikut konferensi). Tiga hari saya tidak melakukan apa-apa karena saya betul-betul bingung. Kembali ku putar otak, saya harus ikut konferensi, itu yang selalu terngiang di telinga. Dan clingggg…. (eh kayak iklan gitu yak… hahaha). Saya teringat akan sesuatu. Ada mini research yang pernah saya lakukan sebelum memulai pengajaran pada siswa semester 1 kala itu. Jadi sebelum mengajar saya harus tahu dulu apa kebutuhan siswa saya, bahasa Inggris seperti apa yang mereka butuhkan. Kemudian data yang saya peroleh itu digunakan untuk membuat bahan ajar atau materi ajar yang akan saya berikan kepada mereka. Bongkar lemari pun terjadi, “dimana berkas kusioner itu saya simpan”, pikirku kala it. Dan alhasil kamarpun seperti kapal pecah. Semua buku, kertas tergeletak di lantai kamar. Saya tidak berhenti membongkar semua box-box yang juga berisi berkas yang entah tahun berapa abad ada disitu. Tapi, saya tidak menemukan apa-apa. Saya break sejenak, menenangkan pikiran sambil menerawang. Kemana kusioner itu dan data interview itu.
Biasanya kalau kepala lagi mumet, saya suka dengar musik instrument ‘Kiss the rain’ dan ‘Rivers flow in you’nya Yiruma sang Pianist dari Korea. Di tengah kamar yang sudah acak-acakan, ku nyalakan si Azzera (Nama Laptop). Ku telusuri folder demi folder untuk mencari file musik nya dan mataku tertuju pada satu folder . Itu membuatku hampir teriak ‘DATA KUESIONER SISWA’ kemudian saya alihkan fokusku  untuk membuka file itu and Taaadaaaaa……. ini dia berkas yang saya cari-cari. Ternyata datanya sudah ada di dalam laptop. Hasil interviewnya sudah diketik, data hasil kuesionernya juga sudah dihitung. Dan sudah ada hasilnya. Ajibbb!!!!!!!. Kenapa gue gak cari dilaptop tadi ya? Kamar sudah berantakan kayak gini?”.  Hahahahahahahahaha………………… rasanya menertawai diri sendiri. Oke data sudah ada, hasil juga sudah ada tinggal bikin draft nya untuk jadi artikel.
Pertama-tama, saya baca artikel lagi untuk cari referensi atau teori yang berkaitan dengan judul saya (ehh belum ada judul kaleee….). Sambil baca juga mikir juga judulnya apa ya……. Teori pendukung sudah ada, selanjutnya cari lagi artikel yang pernah melakukan hal yang sama atau paling tidak mirip dengan judul saya. Kemudian saya mencoba untuk membuat draft artikel..
Selanjutnya, mencoba untuk membuat abstrak yang berisi tentang (1) tujuan penelitian kita apa, (2) metodenya apa, (3) sampelnya berapa dan siapa-siapasaja, teknik samplingnya apa, (4) instrumen penelitian kita apa, (5) meneliti dimana, (6)  kemudian di paragraf kedua saya menuliskan, hasil penelitian saya seperti apa, dan hasilnya nanti itu diapakan, cuma dua paragraf  saja tapi butuh berhari-hari kerjanya untuk betul-betul yakin untuk disubmit. Setelah abstraknya sudah jadi, saya kasi ke teman-teman untuk di proofreading kali aja gue ada salahnya gitu, dan memang saya orangnya kurang jeli, saya masih banyak mispelling, grammarnya juga belum bagus (karena artikelnya berbahasa Inggris). Sudah di koreksi sama beberapa teman, saya cek lagi grammarnya ke http://www.grammarly.comdan cek di plagiarism.com (kalo gak salah) kali aja abstraknya ada plagiat-plagiatnya. Dan Alhamdulillah hasilnya dibawah standar, abstrak saya sudah bisa dibilang bebas dari plagiat. Tapi belum saya kirim hahahahahha (lama betul ya?). Sebelumnya saya sholat Tahajjud dulu memohon doa semoga artikel saya ini bagus dan diterima. Dan itu adalah usaha maksimal yang saya lakukan. Saya serahkan hasilnya semua kepada Allah SWT. Pak Syawal sudah kontak saya mengenai perkembangan abstrak, karena beliau sudah kirim. Tapi,saya bilang ke beliau kalau abstraknya sudah jadi Pak tinggal diperbaiki sedikit lagi dan yang terakhir saya cerita ke orang tua bahwa saya mau ikut Konferensi Internasional. Abstraknya sudah jadi tinggal tunggu restu bapak dan Ibu kalo di izinkan berangkat, saya kirim artikelnya yang kala itu belum tahu artikelnya keterima atau tidak . heheheheheh. Saya harus menunggu beberapa hari lagi sebelum restu itu datang.
Hari berganti hari restu itupun tak kunjung datang. Dan akhirnya saya harus balik ke kampung halaman saya untuk bercerita tentang konferensi ini dan itu biayanya sekian dan sekian. Tiket pesawatnya dan  sewa kamarnya disana segini. Karena sebelumnya saya sudah cek tiket pesawat untuk ke Jogja, dan cari-cari penginapan yang dekat dengan lokasi konferensi nantinya.  Sambil cari info dari senior-senior yang kuliah di Jogja sana kali aja saya bisa numpang dtempatnya untuk menghemat biaya. Tinggal beberapa hari lagi deadline pengumpulan abstrak. Saya masih saja berdoa, semoga bisa ke Jogja, ke Malioboro. Sebelum saya tidur, saya selalu membayangkan diri saya ada di jogja, di bandara, diatas pesawat, di Borobudur, di Malioboro, di Prambanan, saya juga visualisaikan diri saya lagi presentasi, pakaian yang akan saya gunakan, jilbabnya dan model saya seperti apa. Semua saya imajinasikan dalam bayangan saya sebelum tidur dan akhirnya terlelap. Malamnya saya bangun utnuk sholat malam berdoa agar artikel saya diterima dan dapat izin dari ortu. H-2 saya kembali menghubungi orang tua dikampung, apakah saya dizinkan ikut atau tidak. Dan Alhamdulillah satu doa saya terkabul. Allah SWT memang tidak pernah tidur. H-1 hati sudah mantap dan saya mencoba membuka website asiatefl2017.uny.ac.id . selanjutnya kita harus buat akun dulu, dan mengisi form yang tertera dan Bismillah. Artikel pun sudah ter-submit. Dan semoga di accept(yahhh diterima sih oleh panitia tapi belum lolos seleksi kan). Doa saya selama ini semoga diterima. Dan iya memang diterima oleh panitia konferensi tapi belum tentu lolos.  Pengumuman lolos seleksi atau tidak akan di beritahukan via email pada 15 Maret 2017. Sebulan setelah deadline pengumpulan abstrak. Jadi saya ganti doa saya lagi. Semoga artikel saya lolos yaa Allah. Amiin… to be continued…..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Hayo mau ngapain???