Fiction

Kepada yang Tak Berani Ku Sebut Namanya

Kepada yang Tak Berani Ku Sebut Namanya

by
Ippoet

ippoet_camera

Terimakasih telah datang bertamu dengan sangat hati-hati dan sopan. Terimakasih telah mengerti untuk tidak terlalu terburu-buru. Terimakasih untuk tenang seperti saat ini. Terimakasih telah memberiku waktu untuk percaya (lagi) kepada makhluk sejenismu. Tetap tenang seperti ini, aku suka caramu melihatku, aku suka caramu ini, santun, tenang dan rapi. Tetap seperti ini sampai aku yakin bahwa memang kamu adalah jawaban dari segala doa dan percaya bahwa memang Tuhan sengaja mengirimmu untuk mencintaiku. Biarkan aku yakin dulu dan maaf karena mungkin itu akan butuh waktu. Aku harap kamu tidak lelah menunggu juga tidak bosan. Aku harap kamu mengerti untuk manusia sejenis aku ini, jenis perempuan yang hatinya berulang kali patah. Sungguh tak mudah menerima orang baru untuk datang bertamu setelah sekian tahun bahagia dengan kesendirian ini. Karena tak ada lagi luka tak ada air mata yang ada hanya senyum kebahagian. Kau tahu artinya itu? Aku terlalu bahagia dengan kesendirian ini sehingga membuatku lupa bahwa aku pernah terluka. Jika ada yang mengetuk pintu, hati ini selalu was-was apakah kejadian yang sama akan terulang lagi? Apakah air mata banjir lagi?. Bayang-bayang ini sungguh sangat menyiksa dan menganggu.  Tapi, semoga kali ini berbeda karena kau menyapaku dengan cara yang lain dari sebelumnya. Maaf jika aku tak banyak berharap karena aku tidak mau ini berakhir tidak seperti harapku. Aku hanya ingin mengatakan terimakasih telah datang dengan cara yang berbeda dan semoga kau mengakhiri ini dengan cara yang berbeda pula dari sebelumnya. Aku tak perlu bertanya bagaimana rasamu kepadaku karena itu bukan urusanku. Aku juga tidak butuh tahu apakah namaku selalu ada disetiap doa sepertiga malammu. Dan juga bukan urusanku apakah aku mengisi ruang kecil di hatimu. Aku tak butuh tahu itu semua, itu urusanmu. Urusanku hanya melangitkan doa sebanyak mungkin ke Sang Pencipta apakah kau Hamba yang Dia maksud dalam doaku atau bukan, yang jelas bagaimana pun nanti hatiku harus siap menerima segala ketentuan yang Tuhan berikan. Ini semua hanya tentang waktu. Biarkan mengalir seperti ini, perlahan tetapi tahu kemana akan bermuara.  

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Hayo mau ngapain???