
Jika Bersamamu Saya Masih Melakukan Semuanya Sendiri, Lantas Hadirmu Apa Artinya?
Sekitar awal tahun lalu, saya dan beberapa teman melakukan reuni kecil-kecilan di sebuah cafe di sudut Kota Makassar. Hari itu cuaca cukup mendung sangat mendukung suasana untuk bercerita dan bercengkrama.
Dua orang perempuan dan empat lelaki akhirnya kembali bertemu setelah sekian tahun lamanya. Obrolan di Whatsapps rasanya belum cukup untuk menumpahkan cerita yang selama bertahun-tahun itu terlewatkan.
Mereka sudah berkeluarga, terkecuali saya. Obrolan seputar keluarga, parenting dan kehidupan dalam rumah tangga.
Awalnya obrolan itu ringan dan cukup menarik bagiku. Cerita-cerita mereka seperti kuliah pra-nikah 10 SKS serta tips dan trik memilih pasangan yang tepat. Tidak ketinggalan obrolan bagaimana mengatur keuangan rumah tangga.
Baca Juga : Jika Menangis itu Melegakan, Maka Menangislah
Sayangnya, saya lupa membawa buku catatan. Akhirnya saya hanya bisa mencatat di telepon pintar untuk bagian yang penting saja.
Hari menunjukkan pukul 4 sore, selepas sholat obrolan mereka dimulai kembali.
“Kenapa ya perempuan itu sebelum menikah mandirinya luar biasa, sekali sudah menikah eh apa-apa mau ditemani” tutur sahabatku yang berambut hitam ikal ini.
“Sama banget tuh dengan istriku, jarak 2 km aja minta diantar padahal waktu kuliah jarak kosannya dengan kampus 10 km cuy, tiap hari bolak balik lagi” ujar yg lainnya
Keempat lelaki itu saling bertukar cerita betapa tidak mandirinya seorang perempuan setelah menikah. Tak banyak bisa saya perbuat padahal dalam hati mikir, “Saya juga mandiri sih sebenarnya gak tau kalau sudah menikah nanti” ucapku dalam hati
“Jika bersamamu saya masih bisa melakukan semuanya sendiri, lantas hadirmu apa artinya?”
Tiba-tiba temanku yang perempuan langsung nyeletuk,
“Jika bersamamu saya masih bisa melakukan semuanya, lantas hadirmu apa artinya” semuanya terdiam memandangi perempuan beranak dua ini karena nada suaranya sedikit meninggi
“Benar kan?” tanyanya lagi menegaskan.
Baca Juga: Kita Punya Batas Kesanggupan Masing-Masing
Belum ada jawaban dari kami berlima. Kami masih duduk melingkar berusaha mencerna pernyataan yang sedikit membuat mereka syok dan membuat saya berpikir lama berusaha menangkap apa maksud di balik kalimat itu.
“Kalau kalian masih membiarkan istri kalian melakukan pekerjaan sendiri, pekerja rumah tangga sendiri, dan apa-apa sendiri, lalu apa bedanya dengan kamu ada atau tidak ada dalam hidupnya?” lanjutnya lagi.
“Waktu dan tempat silahkan berkomentar bapak-bapak” untuk pertama kalinya kubiarkan diriku bersuara karena suasana sudah mulai tegang.
Kami pun saling berpandangan dan tertawa bersama. Menjelang magrib kami akhirnya berpisah dan perpamitan kembali ke tempat masing-masing.
Ada yang ke kampung halamannya, ada yang harus ke kota lain dan ada yang sedang menuju bandara menuju ke kota dia menempuh pendidikannya.
Dalam perjalanan pulang saya terus berpikir dengan kalimat teman saya tadi. Tiba di kamar memandangi langit-langit kamar dan bergumam dalam hati.
“Jika bersamamu saya masih melakukan semuanya sendiri, lantas hadirmu apa artinya?”
Akhirnya saya tertidur dan sampai saat ini pertanyaan itu masih belum terjawab. Tolong bantu jawab di kolom komentar dong!