Tidak wajib membuat semua orang senang
Thought

Tidak Ada Kewajiban Membuat Semua Orang Senang

Apakah saya harus membuat semua orang senang? Kalau mereka tidak senang apa yang akan terjadi padaku?

Pertanyaan yang terus ada dibenakku waktu itu. Mahasiswa semester 7 yang diamanahkan untuk menjadi ketua asrama putri daerah yang saat itu kondisinya tidak begitu baik.

Hubungan antar penghuni asrama bisa dibilang tidak begitu harmonis begitu juga hubungan dengan mahasiswa di asrama putra daerah.

Berulang kali menolak tawaran yang sering di sounding oleh senior alumni penghuni asrama. Namun, sepertinya teman-teman penghuni asrama saat itu mayoritas memilihku.

Menjadi pemimpin diantara perempuan dari beragam jenis usia dan angkatan adalah kali pertama saya lakukan.

Ada senior dua tingkat diatas saya yang belum selesai, ada teman seangkatan, ada adek tingkat dan ada yang baru saja dua bulan merasakan menjadi mahasiswa baru.

Menghadapi ego perempuan dari berbagai jenis usia ini menjadi salah satu tantangan sendiri. Memainkan peran sebagai teman, kakak, adik, dan pemimpin menjadi peran yang harus dilakoni oleh satu manusia.

Berbagai masalah pelik yang menjadi PR dari ketua asrama sebelumnya harus menjadi tanggung jawab yang harus saya selesaikan.

Mulai dari konflik internal asrama yang terjadi sesama penghuni, ketegangan antara asrama putri dan asrama putra yang keharmonisannya sudah hampir hilang.

Baca Juga : Jika Menangis itu Melegakan, Maka Menangislah

Beberapa keputusan membuat beberapa orang merasa dirugikan dan merasa diuntungkan bagi sebagian lainnya.

Protes yang sering saya terima atas sikap atau keputusanku, beberapa cerita yang menjelek-jelekkan diriku dan sesekali mendengar makian di kamar sebelah menjadi makanan sehari-hari.

Mengambil sebuah keputusan tentu saja dengan berbagai pertimbangan dan setelah konsultasi ke beberapa orang yang menurutku cukup bijak untuk menanggapi masalah.

Tapi, tetap saja masih ada yang kurang senang atau merasa dirugikan padahal tujuan sebenarnya tidak seperti itu.

Hal itu ternyata menjadi perhatian oleh beberapa kakak senior yang pernah menjadi ketua asrama belasan tahun lalu.

Baca Juga : Kita Punya Batas Kesanggupan Masing-Masing, Bijaklah

Mereka berulang kali menawarkan diri menjadi tempat curahan hati jika merasa beban menjadi ketua asrama terlalu berat.

Saya selalu berusaha membuat semua penghuni merasa senang dengan beberapa kebijakan yang saya keluarkan namun selalu saja gagal.

Itu menjadi kegelisahan tersendiri yang cukup menganggu mahasiswa tingkat akhir ini sehingga jatah 4 tahun kuliahnya harus lewat dua semester.

Hal itu menjadi kekhawatiran beberapa orang termasuk kakak senior ini, sebutlah namanya kak Ayu.

Saat itu beliau meneleponku cukup lama dari biasanya, tidak banyak yang bisa saya ingat hanya beberapa kalimat ini saja,

“Kita tidak ada kewajiban untuk membuat semua orang senang, kita juga tidak bisa meminta semua orang setuju dengan pendapat kita dan juga tidak bisa memenuhi semua ekspektasi orang. Yang menjadi kewajibanmu saat ini adalah pikirkan dirimu sendiri, selesaikan masa jabatanmu dengan baik dan raih toga mu segera”

Kalimat itu membuat saya berpikir begitu lama untuk memahami maknanya

Baca Juga : Jika Bersamamu Saya Masih Melakukan Semuanya Sendiri, Lantas Hadirmu Apa Artinya

Selesai kuliah dan memasuki dunia kerja saat itu, barulah saya sadar bahwa ada banyak manusia didunia ini dan mustahil membuat mereka senang apalagi membuat senang semua yang kita kenal. Beberapa hal yang terjadi memang tidak semua sesuai dengan keinginan kita dan keinginan orang banyak.

Berusaha membuat semua orang senang itu menguras begitu banyak energi yang terkadang mengabaikan kesenangan diri sendiri. Terlalu sibuk menyenangkan orang lain sampai lupa menyenangkan diri sendiri.

Yah, karena kita tidak punya kewajiban untuk menyenangkan semua orang tapi kita wajib menyenangkan diri sendiri dengan cara yang baik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Hayo mau ngapain???