
Film Buya Hamka
*Disclaimer: Ini bukan review atau sejenisnya
Pertama kali berkenalan dengan nama beliau ketika masih duduk di bangku kelas 2 sekolah menengah pertama. Waktu itu kamimendapat tugas mereview novel yang termasuk dalam periode Pujangga Baru. Kala itu, bahan bacaan kami masih sangat terbatas terlebih karena kami tingal di pelosok desa.
Beberapa pilihan judul yang bisa kami pilih seperti “Belenggu”,”Layar Terkembang” dan “Manusia Baru. Namun, karena jumlah kami banyak dan buku diperpustakaan juga terbatas beberapa siswa tidak mendapatkan buku tersebut salah satunya adalah saya.
Untungnya diantara koleksi buku bapak dirumah ada satu novel koleksi Bapak yang berjudul “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” karya HAMKA atau akronim dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah. Di saat itulah saya pertama kaliberkenalan dengan beliau melalui karya sastranya.

Contents
Buku Pertama Karangan Beliau yang Saya Baca
Buku pertama dari karangan beliau yang saya baca berhasil membuat saya jatuh cinta sejatuh-jatuhnya pada karya sastra. Buku “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” mengandung banyak kata-kata puitis yang menyihir untuk menjadi seorang penyair.
Betapa indah kalimat beliau yang dipadu-padankan dengan makna islami didalamnya membuatku hampir setiap hari membuat puisi setelah membaca novel beliau.
Buku Karya Buya Hamka lainnya
Setelah kuliah saya kemudian mencari buku beliau yang lainnya seperti “Dibawah Lindungan Ka’bah” serta buku tetralogy beliau seperti “Falsafah Hidup”, “Lembaga Hidup”, “Tasawuf Modern”, “Lembaga Budi” hingga buku “Prinsip dan Kebijaksanaan Dakwah Islam”.
Buku-buku yang sarat makna, beliau seperti berdakwah melalui buku-bukunya. Sungguh banyak ilmu yang bisa kita dapatkan disana. Maka tidak heran jika Universitas al-Azhar dan Universitas Nasional Malaysia memberinya gelar doctor kehormatan.
Film Buya Hamka Tayang di Bioskop
Alangkah bahagianya saya ketika mendengar bahwa perjalanan hidup cendekiawan muslim ini akan difilmkan dan tayang perdana pada April kemarin. Waktu penayangan perdana tidak sempat menonton karena banyak pekerjaan dikantor plus bulan Ramadan dan juga mudik.
Akhirnya setelah lebaran kemarin, baru lah ada kesempatan untuk menontonnya. Selain menonton filmnya saya juga sudah punya buku Buya Hamka yang ditulis oleh a.fuadi. Salah satu penulis favoritku yang menulis buku negeri 5 menara, ranah 3warna dan masih banyak lainnya.
Film Buya Hamka ini ternyata di bagi dalam 3 vol, yang tayang April kemarin adalah vol 1. Dari kanal YouTube Mbak Shireen Sungkar, Laudya Cynthia Bella yang berperan sebagi istri Buya Hamka dalam film mengatakan bahwa sebenarnya durasi filmnya sekitar 7 jam makanya dibagi 3 vol.
Sebagai pengagum beliau kesempatan ini tidak boleh saya lewatkan. Menonton film dan membaca buku tentang beliau tentu akan memberikan informasi yang bermanfaat terkait kehidupan beliau.
Beberapa artis yang memerankan tokoh dalam film ini adalah artis papan atas seperti Vino.G Bastian berperan sebagi Buya Hamka, Laudya Cynthia Bela sebagai Sitti Raham sebagi Istri Buya Hamka di film.
Beberapa artis lainnya seperti Donny Damara, Teuku Rifku Wikana, Verdi Solaiman, Desy Ratnasari dan pemain pendukung yang cukup terkenal seperti Reza Rahardian, Marthino Lio, Mawar Eva de Jongh, Mathias Muchus, Anjasmara, Ferry Salim dan Ayu Laksmi.
Komentar Saya Terhadap Film Buya Hamka
Dari film Buya Hamka saya sangat menikmati betul Karya sutradara Fajar Bustomi. Saya beberapa kali tidak mengedipkan mata dalam beberapa detik saking takjupnya dengan perkembangan industry film Indonesia.
Visual yang digunakan, audio, desain latar serta kostum yang digunakan oleh pemain benar-benar membawa kita ke tahun 1940an. Dimana kemerdekaan Indonesia masih diperjuangkan pada saat itu dan di film tersebut menggambarkan seorang Buya Hamka juga turut andil dalam meraih kemerdekaan Indonesia pada saat itu.
Ketika masih muda seorang HAMKA bekerja sebagai jurnalis yang menyusun tulisan-tulisan yang menyuarakan suara rakyat. Bahkan kantor redaksinya pernah dirazia oleh Belanda karena dianggap tidak pro kepada Belanda.
Namun, pemimpin majalah pedoman masyarakat itu akhirnya menyerah kepada Jepang disertai dengan penutupan kantor redaksinya.
Dan yah masih banyak peristiwa lainnya yang saya gak mau spoiler disini. Silahkan nonton Film Buya Hamka di bioskop terdekat Anda.
sumber gambar:
instagram official buya hamka movie

