Sekolah Gratis Inisiatif Rais hajat untuk Masa Depan
Life

Sekolah Gratis: Inisiatif Rais Hajat untuk Masa Depan Anak Desa

Dulu waktu masih duduk di bangku sekolah dasar saya berjalan kaki sekitar 500 meter dari rumah. Jaraknya cukup dekat namun untuk siswa SD kelas 1 pada saat itu masih terbilang cukup jauh. Belum lagi bahaya mengintai di jalan meskipun jalanan dan rumah penduduk cukup padat tapi tetap saja perlu waspada.

Jarak 500 meter aja bikin ngos-ngosan apalagi harus jalan kaki sejauh 2 km ke sekolah. Wah sepertinya saya tidak akan sanggup. Mungkin alasan itulah mengapa anak-anak di Dusun Saukang Desa Bajiminasa Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan ini menjadi salah satu penyumbang anak putus sekolah sekitar tahun 2008 lalu.

Niat Awal Mendirikan Sekolah Gratis

Jarak sekolah yang cukup jauh kadang mengurungkan niat anak untuk berangkat ke sekolah. Pernah suatu ketika Rais Hajat mendapati salah seorang dari mereka baru pulang sekolah sekitar pukul 16:00 sore padahal mereka masih kelas 6 SD. Ternyata alasannya adalah sekolah mereka sangat jauh melewati perkebunan.

Jalanan tidak beraspal serta berdebu saat musim kemarau dan becek pada saat hujan menjadi tantangan sendiri bagi anak-anak yang tinggal di pelosok. Sehingga anak-anak sulit menjangkau pendidikan ini.

Melihat kondisi ini yang berlangsung selama bertahun-tahun ini Bapak Rais Hajat yang saat itu menjadi salah seorang tenaga honor Kementerian Agama Kabupaten Bantaeng tergerak hatinya untuk membantu anak-anak ini.

Pada suatu percakapan ketika pak Rais yang menjadi salah satu Penerima Apresiasi SATU Indonesia Award 2021 ini sedang makan bersama teman-temannya dan membahas hal tersebut.

Mulai Merintis Sekolah Gratis

Selanjutnya Pak Rais meminta tolong kepada warga untuk melakukan pendataan ada berapa anak-anak yang putus di lingkungan yang terdiri dari 25 Kepala Keluarga ini. Setelah dilakukan pendataan ternyata yang putus sekolah ada sekitar 20 orang.

Kemudian pak Rais mulai memberikan pendidikan gratis untuk anak-anak dimulai dari kolong bawah rumah warga karena belum adanya fasilitas yang memadai. Setelah berlangsung selama dua bulan, Pak Rais dan beberapa orang temannya mendirikan kelas darurat.

Dia mulai merintis pendidikan gratis untuk anak-anak dan mengajak beberapa temannya yang masih berstatus mahasiswa untuk menjadi relawan. Namun, setelah beberapa waktu kemudian jumlah siswa sangat sedikit bahkan ada diantara tidak pergi sekolah karena alasan rumah yang cukup jauh dan beberapa diantara juga diajak oleh temannya untuk tidak bersekolah.

Melihat kondisi tersebut Pak Rais tidak menyerah untuk memberikan pendidikan gratis bagi mereka. Lalu, Pak Rais menerapkan sistem antar jemput. Jadi, siswa yang akan belajar di antar dan di jemput oleh Pak Rais dengan mobil Carry 86 nya waktu itu.

Tantangan yang dihadapi

Meskipun bukan penduduk asli Dusun Saukang tapi kepedulian Pak Rais untuk pendidikan anak-anak ini sangat tinggi. Dia melakukan berbagai cara untuk menarik perhatian siswa agar mereka mau sekolah. Bahkan menurut penuturan beliau setelah diwawancarai oleh media bahwa siswa mereka kadang ada yang buru-buru ingin pulang tapi Pak Rais berusaha menahannya dengan menawarkan makanan seperti mie instan misalnya agar mereka senang.

Tantangan yang di hadapi Pak Rais tidak cukup sampai disitu saja tetapi penolakan juga datang dari beberapa warga. Sejak mendirikan sekolah swasta ini beberapa warga kampung menolak untuk menyekolahkan anaknya karena berpikir hanya sekolah swasta bukan sekolah negeri akan tetapi pak Rais berusaha meyakinkan bahwa itu hanya sebuah status saja.

Sumber: banyuwangi.viva.co.id

Berkat keseriusannya Pak Rais yang sekaligus Ketua Yayasan Pendidikan Al-HIkmah ini mendirikan Madrasah Tsanawiyah di tahun 2010 silam. Sekolah yang baru berdiri ini masih berdinding papan, meskipun demikian ini menjadi titik di Desa Saukang. Berkat hadirnya sekolah tersebut Desa Saukang mulai hadir aliran listrik.

Pada tahun lalu sekolah yang dirintis kurang lebih 10 tahun ini mulai dikembangkan menjadi beberapa tingkatan sekolah mulai dari Taman Kanak-Kanak (TK), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Mts dan Madrasah Aliyah Swasta. Bukan hanya itu, jumlah guru disekolah tersebut mulai bertambah dan mulai rutin menerima Bantuan Operational Sekolah (BOS).

Pria kelahiran Bantaeng 26 April 1986 ini menuturkan bahwa alumni dari sekolah ini sudah banyak yang berhasil ada yang menjadi polisi, tentara bahkan menjadi sarjana di bebera universitas negeri yang ada di Indonesia.

Pak Rais menjadi salah satu contoh yang patut menjadi teladan bagi mereka yang berada di pelosok negeri. Jarak yang cukup jauh dan fasilitas yang kurang memadai tidak menyurutkan niatnya untuk mencerdaskan anak bangsa.

Tak salah jika ASTRA memilih Pak Rais Hajat menjadi salah satu penerima Apresiasi SATU Indonesia Award 2021. Ini bisa menjadi cikal bakal tumbuhnya Rais Hajat lainnya di daerah lain. Keyakinan, keteguhan, dan kepedulian serta kegigihan Pak Rais Hajat untuk mewujudkan cita-cita anak-anak di pedesaan untuk sekolah patut menjadi panutan.

#LFAAPADETIK2024


Sumber:
Indonesiainside.id
Banyuwangi.viva.co.id

One Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Hayo mau ngapain???