momen ramadan yang tak terlupakan
BPN RAMADAN 2024

Momen Ramadan yang Tak Terlupakan

Alhamdulillah masih diberikan kenikmatan berpuasa di ramadan. Jika kita membahas tentang momen ramadan yang tak terlupakan tentu saja ada.

Momen ramadan yang tak terlupakan dan masih teringat jelas diingatan adalah ketika melaksanakan ibadah Umroh di Bulan Ramadan.

Itu adalah salah satu momen berharga dalam hidup saya bahkan di setiap detiknya tidak pernah saya lewatkan mengucap rasa syukur selama ada disana.

Ada yang pernah bilang katanya melaksanakan Ibadah Umroh di Bulan Ramadan itu berat karena ada beberapa kegiatan fisik yang memang wajib kita laksanakan misalnya seperti Sai’ dari Safa ke Marwah.

Tapi, Alhamdulillah berkat pertolongan Allah SWT kami sekeluarga bisa menyelesaikan ibadah Umroh dalam keadaan sehat.

Beberapa momen yang sempat saya ingat ketika masih di Medinah dan Mekkah yang tak terlupakan. Lanjut baca yuk!

Sholat Taraweh di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram

Selesai buka puasa dan sholat Magrib di hotel saya beristirahat sejenak lalu bergegas menuju pintu nomor 15 di Masjid Nabawi yang tidak jauh dari hotel kami.

Kami lalu mengambil tempat yang kosong di bagian luar masjid karena di dalam sudah sangat full jadi kami terpaksa mengambil tempat di halaman masjid.

Di sekitar kami hanya beberapa orang saja yang mengenakan mukena. Mereka yang mengenakan mukena kebanyakan dari Indonesia.

Kami sesekali memerhatikan orang-orang di sekitar kami yang mayoritas mengenakan abaya dan jilbab yang tidak menutup dada. Tetapi ada juga yang menutup dada.

Pakaian kami dalam beribadah mungkin berbeda tetapi niat kami semua sama yaitu hanya menyembah Allah SWT.

Di Masjid Nabawi kami sholat taraweh yang selalu di akhiri dengan sholat sunnah mayit untuk menyolati orang-orang yang telah mendahului kami.

Sedikit berbeda ketika di Masjid Nabawi, ketika kami sholat taraweh di Masjidil Haram kami sholat di dalam masjidnya bukan di sekitar dekat Ka’Bah. Saya lupa waktu itu alasannya kenapa gak memilih sholat di dekat Ka’bah.

dokpri

Awalnya terharu banget selesai sholat bisa memandang Ka’Bah secara langsung. Biasanya hanya melihat gambarnya di dinding kamar. Rasa haru luar biasa yang membuat titik-titik air di sudut mata jatuh tak tertahankan.

Apalagi bisa sholat taraweh dengan mendengar langsung suara Imam Masjidil haram yang biasanya hanya bisa saya dengar dari siaran TV. Sungguh tidak mampu lagi berucap, hanya rasa syukur yang tak terkira.

Sama halnya dengan di Masjid Nabawi, sholat taraweh di akhiri dengan sholat sunnah mayit. Untuk mendoakan saudara-saudara kita yang telah mendahului kita semua ke Surga.

Lagi-lagi saya merasa iri melihat mayat-mayat yang terbungkus rapi itu. Mereka didoakan ribuan orang di Masjidil Haram. Masya Allah semoga Allah SWT memberikan Surga bagi mereka.

Bisa merasakan sholat taraweh di kedua masjid ini adalah momen yang tak terlupakan dan berharap akan terulang lagi dan lagi.

Baca juga: Tradisi Ramadan di Kampung Halaman

Buka Puasa di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram

Biasanya hanya menyaksikan jamaah buka puasa di masjid Nabawi dan Masjidil Haram tapi bisa merasakannya secara langsung itu membuat saya terharu.

Begitu banyak yang menawarkan makanan dan minuman mereka kepada kami. Saya merasakan kehangatan dan kasih sayang Allah melalui jamaah di sekitar kami.

Entah kebaikan apa yang dilakukan oleh kedua orang tua saya sehingga saya bisa merasakan hal yang Indah seperti ini.

dokpri

Bisa merasakan nikmatnya kurma dari kampung asalnya, bisa meneguk air zam-zam sepuasnya dan memandang Ka’Bah di saat bersamaan.

Semoga momen ini terulang lagi dan dirasakan oleh anak cucu kami kelak.

Mencium Hajar Aswad

Beberapa hari sebelum berangkat saya pernah bermimpi berada di Mekkah dan di ajak oleh beberapa orang arab untuk mencium Hajar Aswad. Cerita lengkapnya bisa kalian baca disini.

Awalnya saya mikir, bisa gak ya mencium hajar aswad mengingat orang disekitar Ka’Bah banyaknya luar biasa mana orang-orang pada rebutan lagi di dekat sana.

Tapi, pembimbing kami mengatakan kalau kita yakin Insya Allah kita bisa. Pukul 1 dini hari kami berangkat dari hotel ke Masjidil Haram dengan berjalan kaki karena jaraknya cukup dekat.

Kami tiba disana diminta oleh pembimbing untuk sholat taubat dulu karena di depan masih padat. Setelah selesai sholat kami kemudian di ajak untuk melihat keadaan sekitar sambil memantau keadaan di sekitar Ka’Bah.

Tak lama kemudian, pembimbing meminta untuk sholat taubat lagi persis di depan Ka’Bah. Selesai sholat saya bergumam dalam hati sambil memandangi Ka’Bah yang jaraknya beberapa meter saja di depan sana.

“Yaa Allah mudahkanlah jalan kami”

Salah satu pembimbing kami kemudian mengajak kami mendekati hajar Aswad, dia memintaku berjalan mendekati Ka’Bah. Dia dibelakang melindungiku dengan tangannya dan menghalau orang-orang yang mencoba menghalangi jalanku.

Tak lama kemudian saya sudah menyentuh Ka’Bah dan berpegangan di tembok putih di bagian bawah Ka’Bah itu.

Saya menelusur tembok itu hingga akhirnya sampai ke Hajar Aswad dan menciumnya. Terlihat di belakang pembimbingku masih mendampingiku sampai selesai dan menarikku keluar dari kerumunan jamaah lainnya.

Setelah selesai saya seperti terbawa arus ombak lautan manusia disekitar Ka’Bah hingga keluar dari lingkaran jamaah yang sedang tawaf. Selanjutnya giliran adikku, kami dan beberapa jamaah lainnya secara bergantian membawa kami kesana.

Sambil menunggu yang lainnya selesai, saya kemudian duduk dan terenyuh sejenak sambil memandangi Ka’Bah di depan sana. Tak mampu lagi membendung air mata ini. Sungguh sesuatu yang akan saya ingat sepanjang hidup saya.

Sesuatu yang akan saya minta lagi dan lagi. Semoga kelak bisa menikmati pemandangan ini sebelum ajal menjemput.

Kami kemudian kembali ke hotel untuk sahur dan kembali lagi melaksanakan sholat subuh.

Sholat Sunnah di Raudhah

Pukul 2 dini hari kami bergegas menuju Masjid Nabawi. Awalnya saya berpikir di jam seperti tidak banyak orang, salah satu yang menjadi alasan pembimbing kami mengajak kami untuk sholat sunnah di Raudhah.

Tiba disana ternyata banyak banget jamaah terutama jamaah perempuan. Saking padatnya sampai berdesak-desakan masuk ke sana.

Raudhah di tandai dengan karpet hijau di dalam masjid. Jamaah perempuan saling berlomba-lomba mengambil tempat untuk sholat sunnah disana meskipun hanya dua rakaat.

Dalam hati saya mikir Yaa Allah padat banget, bisa gak ya. Kami para jamaah perempuan di grup travel yang sama saling membantu dan saling menjaga dan bergantian untuk sholat supaya tidak lagi mencari tempat lain. Itu rencana kami awalnya.

Namun, ketika di masjid banyak yang berlarian berlomba menyentuh karpet hijau. Saya dan adikku saling menjaga agar tidak ketinggalan. Kami pun terpisah dari beberapa rombongan namun kami tetap melanjutkan untuk mencari celah agar bisa bergantian sholat karena padatnya jamaah.

Setelah berhasil sholat di Raudhah kami sujud syukur atas kesempatan yang Allah berikan kepada kami. Tak mampu lagi berkata-kata bahkan untuk mendokumentasikannya hanya melalui mata saja.

Kami bergegas mencari pintu keluar dan di dekat pintu ada air zam-zam. Kami yang kelelahan berdesakan tak pikir panjang langsung meminum air zam-zam tersebut.

Air Zam-Zam di salah satu sudut Masjidil Haram

Alhamdulillah sungguh pengalaman yang luar bisa dan kesempatan yang Allah SWT berikan ini semoga dirasakan juga oleh kerabat dekat kami dan para pembaca yang membaca tulisan ini.

Thawaf Wada

Ada yang bilang katanya rindu akan terobati ketika kita bertemu. Tapi, tidak dengan umroh kali ini. Sebelum berangkat semangat menggebu-gebu ingin bertemu karena sudah sangat rindu.

Setelah bertemu malah rindu ini semakin kuat. Bawaanya pengen disini lama-lama, tapi Tawaf Wada harus dilaksanakan besok besok karena paginya rombongan kami akan bertolak ke Indonesia.

Sedih? banget. Ku pikir rindu ini akan usai tapi tidak akan pernah usai. Akan selalu ada rindu yang tersimpan di dalam hati untuk kedua tempat yang mulia ini.

Setelah selesai melaksanakan Tawaf Wada, kami menangis sejadi-jadinya memohon belas kasihan Allah SWT agar kelak bisa di panggil kesini lagi, agar orang-orang yang mengenal kami bisa merasakan nikmatnya menghirup udara di Tanah Haram.

Setelah ini, saya kemudian belajar bahwa tidak semua yang berangkat umroh itu yang punya uang banyak, tidak semua yang sehat dan tidak semua yang punya wkatu luang atau punya ketiganya di panggil untuk bertamu di rumah Allah.

Tapi, ini perihal siapa yang rindu. Siapa yang menunjukkan kerinduannya, melangitkan doanya dan meminta belas kasihan Allah SWT agar di panggil kesana.

Yah, ini semua tentang Rindu.

#bloggerperempuan

#BPNRamadan2024

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Hayo mau ngapain???