mengenal diri sendiri
BPN Ramadhan 2021

Mengenal Diri Sendiri adalah Pencapaian Tertinggi di Hidupku

musdalifahmansur.comm

Manusia memiliki identitas, namun mungkin tidak banyak yang mengetahui siapa diri mereka yang sebenarnya.

Dalam pencarian jati diri berbagai peristiwa yang telah aku lalui, entah itu berupa ujian atau mungkin juga cobaan.

Dimulai dari masa kanak-kan yang belum tahu apa-apa, masa remaja yang labil yang masih berpikir bahwa besok kita masih hidup hingga tiba pada suatu fase yang merasa bahwa kita ada di dunia ini hanya menumpang dan ini bukan rumah yang sesungguhnya.

Di masa kanak-kanak masih sibuk bermain, tertawa bersama dengan teman sebaya, di masa remaja sedikit mulai belajar tentang agama namun masih kadang acuh, berpakaian mengikuti trend sampai akhirnya ada pada suatu titik bahwa dunia ini hanya tipu daya semata.

Waktu kecil hanya tahu nama sendiri, nama orang tua, guru-guru dan beberapa kerabat, masa remaja mulai mencari tahu siapa diri ini dan untuk apa kita ada di dunia ini. Lalu, ujian kehidupan mulai berdatangan dan mengajak untuk lebih mengenal Sang Pencipta.

Dalam proses pencarian jati diri juga semakin mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dan perasaan ‘peaceful’ itu perlahan hadir mengisi hari-hari. Aku tidak pernah senyaman ini sebelumnya, dan mulai banyak belajar tentang agama, mulai tahu tugas dan tanggung jawab kita di dunia ini.

Di titik itu aku menemukan diriku yang selalu ingin perasaan yang tenang, jauh dari hiruk pikuk dunia. Lalu, mulai perlahan membenahi diri mulai dari fisik maupun batin. Dan aku bahagia menemukan titik ini.

Dari mana aku mulai mengenal diri aku sendiri? Beberapa hal yang aku lakukan sebelum mengetahui sifat-sifatku, bagaimana kebiasaanku, bagaimana aku yang sebenarnya itu dimulai dari beberapa tahap berikut ini;

Baca juga : Perempuan Teduh

Mengenal Diri Zahir

Hal awal yang aku lakukan dalam mengenal diri adalah mengenal fisik aku sendiri, mengenal darimana aku berasal dan terbuat dari apa seperti dalam A-Quran Surah Al Mu’minun ayat 12-14;

لَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ طِينٍ (12) ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ (13) ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ (14)

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik”

Sangat jelas yang disampaikan dalam Alquran tentang proses penciptaan manusia lalu bagaimana dengan tugas kita sebagai manusia? Juga sudah dijelaskan dalam Alquran Allah SWT berfirman dalam surat Al-Insan ayat 2,

إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا

“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat”.

Nah, dari ayat tersebut kita sudah paham asal muasal kita dan bagaimana tugas kita di dunia ini. Jadi, kita adalah makhluk Allah, kita ini hanya ciptaan lantas mengapa kita masih sering memelihara sifat sombong, angkuh dan selalu merasa paling tinggi derajatnya.

Kita juga paham bahwa kita di ciptakan dari saripati yang berasal dari tanah, jadi kita semua itu sama, lantas apa yang membuat kita insecure dengan bentuk fisik yang lebih elok? Kan asal muasal kita sama ya jadi terima aja hidung pesek, kulit gelap dan tubuh pendek kita. Heheheheh….. Aku kadang ngomong kek gitu kalau lagi sendiri.

Baca juga : Blog Untuk Arsip Puisi

Mengenal Diri Batin

Setelah kita paham dan mengenal fisik dan bentuk serta asal muasal kita, saatnya mengenal batin kita. Dalam Al-Quran Surah Az-Zariat (21) mengatakan,

وَفِى اَنْفُسِكُمْ اَفَلاَ تُبْصِرُوْنَ

Dan di dalam diri kamu apakah kamu tidak memperhatikannya. (az-Zariat: 21)

Apa yang sebenarnya yang ada dalam diri kita? Pernah tidak kita melakukan sesuatu setelahnya kita bertanya ke diri kita sendiri “Kok saya begitu? Kok saya begini?”. Jika kita melihat lebih dalam ke dalam diri kita maka kita akan menemukan qolbu.

KH A Musthofa Bisri atau dikenal dengan Gus Mus menyatakan bahwa qolbu bukan hati secara fisik semata tetapi lebih ke sesuatu yang abstrak yang hanya bisa dirasakan dan sifatnya ghaib seperti jiwa, nafsu dan akal.

Qolbu ini hanya bisa diketahui oleh diri sendiri dan Allah SWT.

Mengapa kita harus mengenal batin kita? Supaya kita bisa mengenali yang mana yang baik dan yang mana yang buruk. Dan bagaimana harus menjadi sebaik-baik manusia. Ada sebuah hadist yang menyebutkan bahwa

اَلاَوَاِنَّ فِى الْجَسَدِ مُدْغَةً اِذَاصَلُحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَاِذَافَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ آلآوَهِيَ الْقَلْبُ

“Ingatlah bahwa di dalam tubuh itu ada segumpal darah, bila ia telah baik maka baiklah sekalian badan. Dan bila ia rusak, maka rusaklah sekalian badan. Dan bila ia rusak maka binasalah sekalian badan, itulah yang dikatakan hati”.

Ketika kita mampu mengenali diri kita sendiri kita akan paham bagaimana menjaga qolbu ini tetap baik.

Baca juga : Menjadi Sumber Inspirasi

Menerima Keadaan Diri Sendiri

Banyak orang di luar sana belum menerima keadaan dirinya sendiri, misalnya fisik yang kita punya, mungkin sulit menerima jika salah satu anggota tubuh kita mengalami kelainan, atau mungkin lingkungan kita yang kurang mendukung visi dan misi kehidupan kita.

Atau mungkin juga kita sulit menyadari sifat-sifat kita yang egois sehingga sering menyalahkan orang lain, bisa juga tidak menerima keadaaan keluarga yang serba kekurangan.

Kita sering membandingkan hidup kita dengan orag lain yang lebih dari kita, yang punya rumah lebih luas misalnya, paras yang lebih elok, atau harta yang berlebih.

Terkadang kita belum bisa menerima semua kehadiran kenyataan itu dalam diri kita sehingga kadang membuat kita tidak bersyukur. Padahal bisa saja hidup yang kita jalani sekarang adalah hidup yang di impikan orang banyak.

Dari sini aku mulai menyadari dan menerima bahwa seperti inilah saya, seperti inilah keadaan hidup yang harus aku terima. Dan mulai tidak membdaningkan keadaan diri dengan orang lain.

Karena pada hakikatnya perjalanan hidup setiap orang berbeda, tentulah keadaan mereka juga pasti akan berbeda.

Mencintai Diri Sendiri

Sebagian orang mengira bahwa mencintai diri sendiri sama dengan sifat egois, padahal keduanya sangat berbeda. Salah satu cara mencintai diri kita sendiri adalah ketika kita berada di lingkungan yang toxic  dan berani meninggalkannya untuk kesehatan jiwa kita sendiri. Daripada harus bertahan tapi batin kita tersiksa. Itu sama saja dengan zholim dengan diri sendiri.

Olehnya itu, aku tahu diri aku ini orangnya seperti apa, makanya mulai menghindari sesuatu yang bisa menyakitkan diri sendiri baik itu secara fisik maupun batin. Jadi, aku harus bahagia, aku harus mencitai dan menyayangi diriku sendiri karena bagaimana saya menyayangi orang lain jika saying sama diri sendiri saja enggak.

Bagaimana saya akan mengisi gelas orang lain jika gelas saya kosong? Makanya mencintai diri sendiri itu sangat dianjurkan.

Memahami Diri Sendiri

Memahami diri sendiri artinya tahu kapan harus bertindak dan jika bertindak sudah mempertimbangkan resikonya dan siap akan konsekuensinya. Memahami diri sendiri berarti tahu kapan harus marah, dan jika marah bagaimana mengontrolnya agar tidak meledak-ledak dan bagaimana menjaga lidah agartidak melukai hati orang lain.

Memahami diri sendiri berarti paham kapan kita harus membantu orang lain misalnya, dan ketika kita mampu memahami diri kita sendiri sedikit banyak akan membatu kita memahami orang lain.

Banyak Mengingat Sang Pencipta

Ini adalah hal yang paling crucial dalam hidup ini. Mengingat siapa pencipta kita dan apa yang akan kita lakukan sebagai makhluk ciptaanNya. Seperti yang ada di Al-Quran surah Adz-Dzaariyat yang menyatakan.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku (saja)(QS. Adz-Dzaariyaat: 56)

.Ayat di atas menyebutkan bahwa tugas dari penciptaan kita adalah untukberibadah kepada Allah SWT. Disini bisa kita mengetahui bagaiman tugas kita sebagai manusia di dunia ini. Ayat lain lebih rinci menegaskan bahwa

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (Qs Al Baqarah : 30)

Nah, seperti itulah pencapaian tertinggi yang kuraih dalam hidup ini. Lebih banyak intropeksi diri, lebih banyak lagi bercengkrama dan mengenal diri lebih dalam.

Jadi kalau di Tanya apa pencapaian tertinggi dalam hidupmu adalah aku mampu mengenal siapa aku dan siapa diriku, karena ada begitu bayak orang dimuka bumi ini belum mengenal siapa dirinya yang sebenarnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Hayo mau ngapain???