Life

Masa Depan Anak Digadaikan dengan Sebatang Rokok

Tubuh kurus kering itu menatap keluar jendela mobil yang akan membawa kami menuju ke Ibukota provinsi untuk melakukan pengobatan rutin di setiap bulannya.

Mobil yang membawa kami menempuh jarak sekitar 200 km yang memakan waktu kurang lebih 5-6 jam perjalanan. Tujuan kami adalah melakukan pengobatan karena di alat medis kampung kami belum memadai sehingga kami di arahkan ke ibukota provinsi.

Terakhir kali bapak memeriksakan paru-parunya keluar cairan yang cukup banyak. Di tambah dengan batuk yang tak kunjung berhenti. Sudah berbulan-bulan lamanya belum ada tanda-tanda kesembuhan.

Masa muda yang penuh dengan asap rokok, membuatnya paru-parunya tidak sehat. Memang pada saat itu belum ada tanda-tanda akibat dari statusnya sebagai perokok berat. Tapi, beberapa tahun setelah menikah beliau baru menuai hasilnya.

Bapak jarang masuk kantor, karena sering terganggu dengan batuknya sedniri. Disisi lain beliau merasa kurang enak jika hal itu juga mengganggu teman kantornya.

Biaya bolak-balik rumah sakit tentu tidak murah, ditambah biaya hidup dengan kebutuhan rumah tangga dan biaya sekolahku bukanlah perkara mudah untuk di hadapi.

Bayangan beberapa waktu silam itu kembali membuncah ketika melihat siswaku sedang asik menyuruput rokoknya di belakang kantin secara sembunyi-sembunyi. Mereka mungkin tidak pernah membayangkan bagaimana efek jangka panjang yang akan mereka rasakan nanti. 

Sangat miris ketika melihat mereka yang masih berseragam sekolah harus menjadikan rokok sebagai sarapan paginya. Padahal harga nasi kuning tidak jauh beda denga sebungkus rokok.

Dalam hati sya membatin, apakah mereka tidak mengetahui rokok itu terbuat dari apa? Apakah mereka tidak mengetahui bazat berbahaya yang ada dalam rokok? Lantas, bagaimana jika orangtua mereka tahu? Bagaimana jika kesehatan mereka terganggu padahal mereka punya masa depan yang cerah.

Rokok  dan Kandungannya

Ketidaktahuan kita tentang zat berbahaya dalam rokok terkadang membuat kita  mengabaikan perbuatan anak-anak yang merokok. Padahal jika kita menelisik lebih jauh, zat berbahaya yang terkandung didalamnya dapat mengancam masa depan anak.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) rokok adalah gulungan tembakau (kira-kira sebesar kelingking) yang dibungkus (daun nipah, kertas). Sedangkan kegiatan merokok adalah kegiatan menghisap rokok setelah di bakar ujungnya.

Sumber Gambar : website p2ptm.kemkes.go.id

Rokok mengadung zat berbahaya yang dapat menyababkan penyakit berbahaya. Beberapa daftar zat yang terkandung dalam rokok seperti ayng dilansir dari situs p2ptm.kemenkes.go.id adalah sebagai berikut;

  1. Acetone (Penghapus cat)
  2. Naphylamine (Zat Karsinogenik)
  3. Methanol (Bahan Bakar roket)
  4. Phyrene ( Pelarut Industri)
  5. Dimethylnitrosamine (Zat Karsinogenik)
  6. Naphtalene (Kapur Barus)
  7. Cadmium (Dipakai accu mobil)
  8. Carbon Monoxide (Gas dari knalpot)
  9. Benzopyrene (Zat Karinogenik)
  10. Vinyl Chloride ( Bahan Plastik PVC)
  11. Hydrogen Cyanide ( racun untuk hukuman mati)
  12. Toluidine (Zat Karsinogenik)
  13. Ammonia (Pembersih lantai)
  14. Urethane (Zat Karsinogenik)
  15. Toluene (Pelaryt Industri
  16. Arsenic ( racun semut putih)
  17. Dibenzacridine (zat karsinogenik)
  18. Phenol (antispetik/pembunuh kuman)
  19. Butane ( Bahan bakar korek api)
  20. Polonum- (bahan radioaktfi)

Banyak banget ternyata ya,  kalau dilihat dari artinya saja sudah  menyeramkan. Ternyata seperti itu bahan yang terkandung dalam rokok. Dalam satu rokok terdapat  4000 jenis bahan kimia yang dapat memicu timbulnya berbagai jenis penyakit dan 40 diantaranya dapat menyebabkan kanker. Lantas, mengapa banyak orang kecanduan merokok?. Ternyata selain kadungan di atas, rokok juga mengandung  zat adikti atau zat yang membuat seseorang akan ketagihan merokok.

Nikotin

Salah satu teman saya pernah berkata, bahwa merokok dapat membuatnya berpikir lebih baik. Dalam hati saya selalu bertanya mengapa bisa terjadi demikian? Ternyata jawabannya adalah karena di dalam rokok terdapat zat nikotin yang dapat merangsang kerja otak sehingga teman saya menjadi lebih encer otaknya ketimbang tidak merokok.

Namun, jika hal itu berlangsung secara terus menerus justru malah akan melemahkan kerja otak karena nikotin yang ada didalam rokok dapat menimbulkan produksi hormon adrenalin dalam tubuh akan meningkat.

Jika hal ini terjadi maka denyut jantung akan lebh cepat dari biasanya dan tentu saja jika jantung bekerja lebih keras maka akan membutuhkan oksigen lebih banyak. Hal inilah yang bisa menyebabkan penyakit jantung coroner.

Tar

Nah ini di anggap menjadi pelaku utama dalam memicu timbulnya berbagai penyakit akibat merokok salah satunya adalah kanker. Tar adalah zat kimia berbahaya yang dihasilkan dari proses pembakaran.

Tar mengandung senyawa karsinogenik yang dapat menyebabkan kanker. Mengapa bisa demikian? Karena Tar dapat merusak jaringan silia di paru-paru yang berfungsi menangkap keotoran kecil agar keluar dari paru-paru.

Nah, jika jaringan silia rusak maka Tar dapat dengan mudah bergerak  masuk lebih dalam ke paru-paru dan bergabung bersama aliran darah yang menyebar keseluruh tubuh. Jika kita menghisap rokok maka tar akan mengendap di paru-paru.

Jika kalian pernah melhat gambar seruan dilarang merokok di tempat umum dengan menampilkan gambar paru-paru yang bwerwarna hitam, maka salah satu penyebabnya adalah tar.

Untuk membuktikan kita bisa coba dengan menghembuskan asap rokok pada sebuah sapu tangan maka akan muncul noda kecoklatan di sapu tangan tersebut. Itu adalah salah satu gambaran yang terjadi dalam paru-paru kita jika kita merokok.

Teman-teman bisa bayangkan jika hal itu terus-menerus dilakukan maka paru-paru kita akan berubah warna dan hal itulah yang akan merusak organ tubuh dan  menyebabkan penyakit yang berbahaya.

Karbon monoksida

Gas ini biasanya dikeluarkan oleh pembakaran asap kendaraan. Menghirup  gas ini secara berlebihan dan terus menerus dilakukan akan berdampak buruk bagi kesehatan.

Karbonmonoksida yang dihasilkan oleh perokok ini dapat mengganggu fungsi hati serta otot sehinggu tubuh merasakan lemas dan kepala terasa pening . Gas ini berkaitan dengan haemoglobin darah sehingga seorang perokok membutuhkan lebih banyak oksigen malah hanya mendapat sedikit.

Hal itu dapat menyebabkan resiko penyakit jantung, paru-paru, saluran pernafasan juga akan terganggu. Karbonmonoksida yang ada pada darah juga akan mengakibatkan rusaknya pembuluh darah yang berfungsi mengalirkan darah ke sluruh, jika tersumbat seperti itu maka akan muncul endapan-endapan lemak yang memicu resiko mati mendadak bisa saja terjadi.

Melihat kandungan berbahaya dari rokok tersebut tentu saja ini sangat berbahaya bagi semua kalangan terutama anak usia sekolah dan juga remaja. Jika saja mereka mengetahui bahaya rokok, apakah mereka tidak takut menonsumsi rokok? Apakah mereka tidak khawatir dengan kesehatan dan masa depan mereka?

Bahaya Rokok Bagi Masa Depan Anak

Bahaya yang ditimbulkan oleh perokok anak tentu tidak jauh beda dengan perokok dewasa. Masalah kesehatan tentu akan sangat terganggu, namun masalah akan menjadi dua kali lipat bagi perokok anak usia sekolah karena selain berpengarh pada kesehatan mereka, efek yang hadir dari kegiatan merokok ini akan berpengaruh pada prestasi sekolah mereka.

Anak yang merokok akan mudah lemas dan tidak bisa berpikir karena kandungan zat yang ada dalam rokok akan melemahkan kerja otak. Dengan begitu mereka tidak bisa menerima pelajaran dengan baik. Akhrinya berakibat fatal pada prestasi belajar mereka.

Sumber Gambar : website p2ptm.kemkes.go.id

Sebuah data terkait perokok anak menujukkan bahwa persentasi perokok anak dari penduduk Indonesia semakin meningkat. Seperti yang dilansir dataindonesia.id memaparkan hasil data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada tahun 2020 persentase penduduk Indonesia yang merokok sekitar 23,2 % sedangkan pada tahun 2021 persentase tersebut meningkat menjadi 23,8%.

Sementara itu Global Youth Tobaccao Survey pada tahun 2009 menunjukkan bahwa diantara perokok tersebut 20,3 5 di antaranya adalah anak usia sekolah 13-15 tahun sedangkan data Riset Kesehatan Dasardi  tahun 2010 menyatakan bahwa perokok usia 10-14 meningkat dua kali lipat selama 10 tahun ini dari 9,55 pada tahun 2001 menjadi 17,5% pada tahun 2010.

Dari situs sehatnegeriku.kemenkes.go.id juga menyebutkan bahwa

“Prevalensi perook anak terus naik setiap tahunnya, pada 2013 prevalensi perokok anak emncapai 7,20%, kemudian naik menjadi 8,80 % tahun 2016, di tahun 2018 ada 9,10% dan 10,705 di tahun 2019. Jika tidak dikenadlikan maka prevalensi perokok anak akan mencapai hingga 16% di tahun 2030 dan hal itu bisa menghasilkan generasi muda yang tidak unggul”

Jika seperti ini, lantas bagaimana masa depan anak-anak kita kelak? Bagaimana masa depan bangsa ini kedepannya.

Mengapa Anak Merokok?

Waktu masih duduk di bangku SMA belasan tahun silam saya pun sering mendapati teman-teman yang merokok di belakang sekolah, kemudian saya bertanya ke mereka apa alasan mereka merokok. Ada yang menjawab katanya pengen coba-coba ada juga yang menjawab karen ikut teman.

Hal yang sama kemudian saya tanyakan pada anak remaja yang sering nongkrong ditetangga sebelah bersama teman-temannya. Jawaban mereka hampir sama dengan jawaban teman saya dulu, semua awalnya adalah coba-coba dan ajakan dari teman. Selain itu, salah factor yang memicu keinginan anak untuk merokok adalah karena hadirnya iklan atau promosi rokok yang ada di mana-mana.

Webinar Hari Anak Nasional 2022 oleh Yayasan Lentera Anak

Hal itu dikuatkan pada hasil studi Uhamka dalam webitse lenteraanak.org menunjukkan bahwa ternyata ada 46,3% remaja menyatakan bahwa iklan rokok mempengaruhi mereka untuk merokok.

Informasi tentang merokok sangat mudah didapatkan seolah melegalkann bahwa merokok itu adalah hal yang wajar karena sering dan banyaknya informasi yang mereka dapatkan.

Hal yang senada juga diungkapkan  oleh Ulfa pada sesi testimoni anak  dalam Webinar Nasional 2022 pada Kamis 28 Juli 2022 mengungkapkan bahwa adiknya mendapat informasi terkait rokok itu dari sosial media karena banyaknya yang berseliweran di media sosial.

Dia juga bercerita soal adiknya yang kelas 4 SD  menerima paket dan ternyata isinya adalah seperangkat alat merokok elektrik yang katanya itu adalah milik temannya. Namun, setelah paket kedua datang barulah dia mengaku bahwa dia membelinya secara online dengan menggunakan hasil tabungannya.

Tentu saja Ulfa sebagai kakak sangat kaget dan reaksi keluarganya juga sama. Keluarga Ulfa kemudian memberikan pendekatan persuasive agar adiknya bercerita alasan dia melakukan hal itu.

Ternyata mereka mendapatkan informasi terkait rokok itu dari berbagai sosial media yang sangat mudah bagi mereka untuk mengaksesnya, baik itu cara membelinya ataupun cara menggunakannya.

Harapan dari Ulfa yang adiknya menggunakan rokok elektrik bersama dengan temannya berharap bahwa pemerintah mencari solusi agar informasi cara penggunaan rokok elektrik tidak di sebarkan luaskan secara menyeluruh.

Sumber Gambar : Twitter @lenteraanak_

Tampilkan supaya anak-anak kesulitan mengaksesnya atau kalau bisa informasi terkait rokok atau merok nini tidak di perbolehkan lagi. ,

Webinar yang banjiri oleh pemateri kondag seperti  dr.Nancy Dian Anggraeni, M.Epid (Asisten Deputi Pengendalian dan PenanggulanganPenyakit,Kemenko PMK RI), dr Benget Saragih, M.Epid (Ketua Tim Kerja Penyakit Paru Kronis dan Gangguan Imunologi, Kemenkes RI), Ir. Agustina Erni, M.Se (Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak, KPPPA RI), Isy Karim (Sekretaris Ditjen PDN,Kementerian Perdagangan ri), Drs. Anthonius Malau, M.Si (Direktur Pengendalian Aplikasi Informatika, Kementerian Kominfo, RI).

Webinar yang di pandu oleh pak Azhar Zaini selaku moderator dengan mengusung tema “Masihkah Perlu berkomitmen menurunkan prevalensi perokok anak untuk mencapai target RPJM 2020-2024?”  menyimpulkan bahwa baik orangtua , pemerintah ataupun pihak yang berkaitan dengan hal ini perlu bersinergi untuk mewujudkan target penurunan prevalensi perokok anak  menjadi 8,7% pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.

Peran Berbagai Pihak dalam Penanganan Perokok Anak

Dalam melakukan upaya pencegahan dan penanganan terkait perokok anak tentu saja membutuhkan kerjasama dari semua elemen baik itu dari indiviu sendiri, keluarga, lingkungan sekolah dan juga pemerintah.

Sebagai perokok anak usia sekolah tentu masih perlu pendampingan dari orang tua. Mencoba mendekati secara persuasive untuk berhenti merokok dan juga harus ada upaya dari individu masing-masing untuk menyadari bahaya rokok dan menghindari segala yang berkaitan dengan rokok. Baik itu dari iklan, posterdan menghindar jika ditawari rokok gratis.

Kemudian menghindari teman perokok dengan mencari teman yang bisa memberikan energy positif untuk kita. Selain merokok, kita juga bisa melakukan kegiatan positif seperti olah raga, membaca buku, menonton atau bahkan juga menulis. Tentu saja ini akan sangat menyenangkan dan juga sehat.

Lalu, yang terakhir adalah perlu adanya tindak lanjut yang tegas terhadap revisi Peraturan Pemerintah (PP) No.109/2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Produk Tembakau Bagi Kesehatan.

Nah, diantara teman-teman adakah yang mengenal perokok anak di lingkungan sekitar kalian? Lalu, apa tindakan kalian dalam menangani hal tersebut? Bagi cerita kalia di kolom komentar ya!

Sumber artikel

Dinkes.bantenprov.go.id

Kamus besar bahasa Indonesia

Lenteraanak.org

P2ptm.kemkes.go.id

Rsud.bulelengkab.go.id

Sehatnegriku.kemenkes.go.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Hayo mau ngapain???