lolostescpns
My Story

Penjual Kue Lolos Tes CPNS

Edited on Canva.com

Kisah inspiratif dari seorang anak yang menjual kue untuk memenuhi kebutuhan hariannya lolos tes CPNS. Berkat doa Ibu dan kehendak Allah SWT.

Kemarin, sambil menunggu sholat Isya aku menyibukkan diri dengan beberapa bacaan ayat suci alquran. Beberapa jamaah sudah pulang baik laki-laki maupun perempuan.

Di shaf laki-laki yang tersisa hanya imam masjid dan di shaf  perempuan saya dan dua wanita lainnya. Wanita paruh baya yang berkerudung hitam itu yang selalu menjadi teman bercerita selepas sholat yang dilanjutkan dengan tilawah. Umurnya kira-kira seperti nenek saya, meskipun demikian  dia tetap kuat melangkahkan kakinya untuk sholat berjamaah di masjid tidak mau  kalah dengan yang muda.

Wanita lainnya yang duduk disebelah kiriku agak mundur satu shaf  kebelakang adalah wanita yang biasanya saya lihat hanya sholat berjamaah saja setelah itu dia pulang tetapi beberapa minggu terakhir dia juga berdiam diri di masjid bersama kami sambil membaca ayat suci Alquran.

Ibu yang berkerudung kuning itu selalu menjual kue keliling bersama anaknya tapi anaknya yang sering menggantikan dia berjualan. Sebut saja nama anaknya Ani, dia  kadang menjual pagi kadang juga sore, bahkan aku  pernah mendapatinya berjalan kaki di siang hari yang terik.

Jualannya macam-macam, ada pisang goreng, pastel (jalangkote), panada dan jenis kue lainnya.Harga kuenya semua sama hanya Rp.1000 per biji.  Ani biasanya juga ditemani oleh adiknya berkeliling sambil berteriak “Kue…Kue”. Namun, akhir-akhir ini aku tidak lagi mendengar suaranya berteriak di depan kos.

Ibu itu begitu serius dengan bacaannya, aku sudah selesai dan merebahkan badanku sejenak sambl menatap langit-langit masjid, kemudian ibu itu menegurku.

“Tinggal di kos yang no 9 itu ya, Nak”, suara itu membuatku bangkit

“Betul Bu”jawabku lagi

 “Kuliah atau kerja Nak”, tanya Ibu itu lagi.

“Saya kuliah Bu”

“Semester berapa Nak?”,

“Saya semester 7 Bu”

“Wah sebentar lagi selesai dong ya, coba sudah selesai bisa daftar CPNS bulan 10 nanti”, jelasnya sambil menatapku dalam.

Dan aku hanya tertunduk, mengingat pengalamanku gagal selama tiga tahuun berturut-turut.

“Pernah ada yang jual kue gak lewat depan kos”

“Ada Bu tapi akhir-akhir ini tidak pernah ketemu lagi”

“Yang jual kue itu anakku, kemarin dia lolos CPNS di Palu”, lanjutnya

“Wah, keren sekali Bu”, mataku berbinar mendengarnya. Pantas saja gak pernah keliatan ternyata anaknya Ibu ini ada di Palu, pikirku.

Picts from Unsplash.com

Kemudian dia melanjutkan ceritanya

“Anakku itu tiga Nak, yang pertama itu  jurusan keperawatan, yang kedua ini sementara kuliah di bidan farmasi dan yang terakhir itu masih SMP. Anak saya yang pertama itu lolos tes CPNS, sekarag dia sudah mengabdi selama 4 bulan”, dia terhenti sejenak mengambil nafas

“Saya ini penjual kue Nak, punya tiga anak. Hanya dengan berjualan kue saja saya mencari nafkah untuk menghidupi dan menyekolahkan anak saya tapi sekarang saya sangat bersyukur anak saya lolos jadi CPNS.”

Mataku mulai berkaca-kaca dibuatnya.

“Bu rahasianya apa bisa lolos tes”, tanyaku

“Anakku itu belajarnya sungguh luar biasa, kadang dia tertidur dengan  bukunya. Malamnya aku biasa perhatikan dia bangun sholat malam dan selalu memohon ridho agar dimudahkan segala urusannya. Bayangkan aja Nak, sebelum anak saya itu  masuk ke ruang ujian dia menelpon saya dulu. Selama ujiannya berlangsung, saya ke masjid ini sholat dhuha mendoakan dia sampai dia selesai ujian dan menelpon saya kembali bahwa angkanya paling tinggi mengalahkan 400 orang lainnya. Luar biasa syukur saya Nak,”, ceritanya sambil menyeka air mata.

Aku masih terpaku, terdiam membiarkan air mata jatuh tak menentu. Aku membayangkan usahaku yang kemarin tidak ada apa-apanya.

“Waktu saya pergi Umroh Nak, di dekat Ka’bah  saya berdoa kepada Allah, Yaa Allah bantu aku melihat anak-anakku sukses, hanya Engkau yang mampu berbuat demikian,  saya ini hanya penjual kue keliling, disujud terakhir  saya betul-betul berdoa untuk anak saya Nak”, ucapnya sambil menyeka air mata.

Aku masih duduk tak bergeming sedikit pun selain air mata yang sejak tadi membasahi pipi. Kata-kata bu itu juga menamparku, seorang penjual kue seperti dia saja bisa Umroh sedangkan aku?.

Kemudian, aku  menunduk dan menangis tersedu-sedu dalam hati berkata, “Yaa Allah aku juga mau membanggakan orang tuaku, Si penjual kue ini tidak malu keliling komplek berteriak menjajakan dagangannya sedangkan aku, jualan di sosmed saja ogah-ogahan, kadang terlalu banyak alasan ini dan itu , Yaa Allah apa kabar lapak ku @ivabelleza @alsyazanibook, selama ini mereka terabaikan”.

Seolah mendengar jeritan hatiku, ibu itu langsung memelukku dan tumpahlah air mata ini

“Insya Allah Nak, nanti kamu juga akan begitu. Minta ridho sama orang tua karena sesungguhnya ridho orang tualah yang paling mujarab,” dia mengusap punggungku pelan. Seketika aku teringat Ibu dan rasanya mau pulang kampung.

Suara azan memisahkan pelukan dan bergegas mengambil air wudhu dan melanjutkan sholat isya berjamaah. Lepas holat Isya berjamaah, Ibu itu membisikku sesuatu,

“Ada lagi kunci sukses yang Ibu berikan kepada  anak say yang lolos CPNS itu, hindari yang namanya pacaran karena sungguh pacaran tu sangat mengganggu. Jadi, kalau sekolah fokus sekolah aja dulu, urusan cinta belakangan”, kata ibu itu sambil tertawa kecil.

Kita tidak boleh meremehkan orang lain karena kita tidak pernah tahu kapan Allah mengangkat derajat orang tersebut. Malam itu aku pulang ke kos dengan mata sembab, Ibu itu tidak lagi menjual kue.

Anaknya melarangnya, dia ingin ibunya menikmati masa tuanya dengan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Lagi-lagi aku menangis mengingat diri ini yang belum mampu berbuat apa-pa untuk kedua orang tua.

Belum bisa membahagiakn mereka, belum bisa membuat mereka bangga. Kuliah kadang malas-malasan, kerja tugas juga masih suka menunda-nunda. Miris hati ini melihat diri ini yang masih sangat jauh dari kekurangan.

“Kakak kenapa nangis?”, tanya adikku. Cepat-cepat aku menyeka air mata

“Itu mantanku tadi ketemu dijalan sama cewe lain”, kataku mengalihkan pembicaraan

“Ih …mantan kok dipikirin, cowok lain banyak kali kak”, katanya ketus. Aku meraih dan memeluknya erat, aku belum bisa membahagiakan adikku, kadang aku terlalu egois dengan dia. Ahh… malam itu suasana hatiku hanya bisa digambarkan oleh air mata.

“Kakak kenapa sih, lepas dong ah, Ih.. lebay deh”, aku mencubit pipinya gemas.

Aku hanya tersenyum memandangi tingkahnya. Semoga Allah mewujudkan cita-cita setiap anak yang berbakti kepada orang tua dan keluarganya.

One Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Hayo mau ngapain???
Exit mobile version